Teks Editorial : Tingkat literasi bangsa indonesia merupakan yang terendah didunia
Tinjauan Terhadap Tingkat Literasi Indonesia yang Rendah
contoh teks editorial tentang lingkungan, contoh teks editorial tentang sosial, contoh teks editorial terbaru, contoh teks editorial tentang pendidikan, contoh teks editorial tentang sampah, contoh teks editorial tentang kesehatan, contoh teks editorial di koran, contoh teks editorial beserta analisisnya, data statistik literasi indonesia, tingkat literasi indonesia 2017, budaya literasi di indonesia, masalah literasi di indonesia, rendahnya minat baca di indonesia, budaya literasi di sekolah, tingkat literasi indonesia 2018, minat baca indonesia menurut unesco, materi budaya literasi, budaya literasi adalah, budaya literasi di sekolah, contoh literasi budaya, manfaat budaya literasi, budaya literasi di indonesia, budaya literasi pdf, makalah budaya literasi
Hasil penelitian Programme for
International Student Assessment (PISA) menyebut, budaya literasi masyarakat
Indonesia pada 2012 terburuk kedua dari 65 negara yang diteliti di dunia. Serta
data dari penelitian UNESCO Dimana hanya 0,001% masyarakat Indonesia yang memiliki kesadaran
membaca bila dihitung hanya 1 dari 1000 orang yang masih gemar membaca. Hasil
tersebut tentu menjadi suatu dilema yang memerlukan perhatian khusus dari
pemerintah.
Walaupun kemampuan literasi
merupakan skill vital dan wajib
dimiliki oleh tiap individu yang hidup mengikuti derasnya arus globalisasi pada
abad ke-21 ini, Namun Indonesia gagal mencapai kriteria yang layak dalam hal
tersebut.
Lalu siapakah yang patut disalahkan? Apakah
pemerintah? Atau perilaku masyarakat yang kian dimanja dengan canggihnya
teknologi? Dalam hal ini sangat sulit untuk menentukan pelaku utamanya karena
banyak aspek yang perlu ditelusuri.
Literasi merupakan suatu kemampuan yang
berhubungan dengan kegiatan membaca dan menulis. Dengan menguasai hal tersebut
maka seseorang akan mampu mengikuti proses edukasi yang berkenaan dalam
pengembangan tingkat intelektual individu tersebut. Tentunya hal ini sudah
didapatkan dalam Pendidikan dasar di Indonesia, namun problema yang tengah kita
hadapi kini adalah bagaimana cara membudayakan kegiatan literasi pada
masyarakat.
Kegiatan literasi berhubungan erat dengan
membaca. Media bacaan yang banyak tersebar pun tidak menjamin dalam proses
peningkatan tingkat literasi masyarakat. Lalu apa yang mengalihkan pandangan
masyarakat terhadap media bacaan? Tentu saja ini ada kaitannya dengan perilaku
masyarakat kita dalam memperoleh suatu informasi. Terbukti media bacaan masih
kalah populer dibandingkan dengan tayangan televisi dilihat dari hasil survei
Nielsen Consumer Media View (CMV) pada tahun 2017 dimana menyatakan bahwa 96%
masyarakat lebih menikmati tayangan televisi sementara presentase penikmat
media bacaan seperti majalah, tabloid, serta koran hanya sebesar 10%.
Bila membandingkan tayangan televisi dengan
media bacaan bagaikan suatu pertandingan yang berat sebelah. Popularitas
televisi di masyarakat diperoleh akibat sifatnya yang komersil serta dapat
menjangkau sampai ke pelosok negeri. Proses perkembangannya pun sangat
signifikan terlihat dari jumlah saluran yang awalnya Indonesia hanya memiliki
satu saluran negeri yaitu TVRI di tahun 60’an hingga pada tahun 90’an terhitung
banyak saluran swasta diperbolehkan mengudara seperti RCTI, TPI, SCTV, ANTV,
dll.
Melihat sepak terjang media bacaan, media
bacaan masih sulit untuk dijangkau masyarakat. Baik media bacaan itu diperoleh
secara pribadi dengan membelinya ataupun dengan mengunjungi situs seperti
perpustakaan untuk meminjamnya, ternyata hal tersebut masih menjadi keluhan
masyarakat.
25.728 jumlah perpustakaan dengan 1.161 di antaranya adalah
perpustakaan umum ternyata belum memikat hati masyarakat untuk mengunjungi
perpustakaan secara rutin. Umumnya keluhan yang ditorehkan masyarakat adalah
belum layaknya fasilitas perpustakaan dengan standar mereka.
Perpustakaan
dirasa masih mempertahankan sifat kaku serta kunonya dan belum mampu mengikuti
perkembangan budaya populer dalam jenis bacaan yang tersedia. Bagaimana dengan
toko buku? Ternyata masyarakat juga mengeluhkan mengenai lokasi toko buku yang
rata-rata mengambil tempat di kota besar serta harga buku modern yang dirasa
membebankan.
Keadaan belum layaknya fasilitas seharusnya
dapat ditangani dengan mudah oleh pemerintah. Pemerintah dapat mencontoh negara
lain dalam mengembangkan fasilitas publiknya, terutama pada pengelolaan
perpustakaan. Sifat perpustakaan yang lebih terbuka dalam menyediakan berbagai
kategori buku baik koleksi klasik hingga koleksi terkini serta arsitekturnya
dan interiornya yang menarik lah yang kini banyak berdiri di negara-negara
lain, ini menandakan bahwa pemerintahan mereka sudah tanggap dalam
mengembangkan kemampuan literasi masyarakat. Terbukti dengan rata-rata
pengunjung perpustakaan yang lebih besar dibandingkan dengan Indonesia.
Selain dengan meningkatkan kualitas fasilitas
publik, yang terpenting juga ialah cara membudayakan kegiatan membaca dari
dini. Kegiatan membaca mungkin masih menyandang status sebagai kegiatan yang
membosankan bagi rata-rata peserta didik di Indonesia karena sebagian besar
kegiatan membaca di sekolah adalah dengan menggunakan buku paket pelajaran yang
diberikan. Hal ini mendorong siswa untuk berpikir bahwa tema media bacaan hanya
menyempitkan pada bidang pelajaran saja walaupun sesungguhnya literatur
memiliki limpahan tema yang dapat dipilih. Minat seorang peserta didik dalam
mencari tema bacaan lah yang seharusnya digali lebih dalam oleh Lembaga Pendidikan.
Kurikulum membaca mungkin dapat diperluas dengan meningkatkan tampilan buku
pelajaran serta diselingi dengan membaca literatur bertemakan hal yang disukai
siswa.
Dengan meninjau kembali terhadap perilaku
masyarakat dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca belum menjadi sebuah budaya
yang luas. Pengaruh teknologi yang lebih interaktif dan modern mendorong
masyarakat untuk melupakan kegiatan literasi. Kurangnya usaha pemerintah dalam
mengelola fasilitas publik serta kegiatan edukasi yang belum bisa membudayakan
aktifitas membaca menjadi salah satu faktor terbesar dalam penurunan tingkat
literasi masyarakat Indonesia.
Pembenahan terhadap masalah ini tentu harus
dilaksanakan secara cepat demi menyelamatkan intelektualitas bangsa.
contoh teks editorial tentang lingkungan, contoh teks editorial tentang sosial, contoh teks editorial terbaru, contoh teks editorial tentang pendidikan, contoh teks editorial tentang sampah, contoh teks editorial tentang kesehatan, contoh teks editorial di koran, contoh teks editorial beserta analisisnya, data statistik literasi indonesia, tingkat literasi indonesia 2017, budaya literasi di indonesia, masalah literasi di indonesia, rendahnya minat baca di indonesia, budaya literasi di sekolah, tingkat literasi indonesia 2018, minat baca indonesia menurut unesco, materi budaya literasi, budaya literasi adalah, budaya literasi di sekolah, contoh literasi budaya, manfaat budaya literasi, budaya literasi di indonesia, budaya literasi pdf, makalah budaya literasi
*jika menurut kalian pembahasan saya kurang silahakan berkomentar dikolom yang sudah disediakan :)
0 Response to "Teks Editorial : Tingkat literasi bangsa indonesia merupakan yang terendah didunia"
Post a Comment